Minggu, 04 Mei 2014

Laporan KKL Pabrik Gula Madukismo



BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang menghasilkan polusi terbanyak  didunia. Sumber polusi yang upaling tama adalah dari kendaraan bermotor dan limbah industry. Polusi ini terjadi akibat kurangnya penanganan limbah-limbah industry sedangkan semakin hari semakin banyak berdiri pabrik industry. Pencemaran yang disebabkan oleh polusi ini menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap lingkungan. Perubahan yang paling bisadirasakan adalah perubahan suhu udara yang semakin panas dan perubahan pada air sungai.
           Kuliah kerja lapangan(KKL) adalah salah satu mata kuliah tambahan yang terkait dengan mata kuliah Teknik Instrumentasi untuk membekali Mahasiswa tentang pengetahuan tambahan tentang industri dan teknologi tentang industri dengan mengunjungi beberapa instansi yang berkaitan dengan hal tersebut.
           Allah SWT sudah menjelaskan dalam Al-Qur’an  Surat Annisak ayat 190-191 tentang pentingnya melakukan bepergian, karena dalam bepergian terdapat banyak manfaat, seperti menambah ilmu pengetahuan, menambah pengalaman, meningkatkan keimanan, meningkatkan dzikir dan tafakkur, dan lain-lain.
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ () الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Qs.3:190-191)

Permasalahan tentang pencemaran ini terjadi akibat kurangnya pengetahuan serta penanganan yang lebih terhadap limbah. Meskipun limbah tidak dapat dihilangkan secara total tetapi denga penanganan limbah yang baik dapat mengurangi seminimal mungkin polutan yang mencemari udara, air maupun tanah. Maka dari itu, dilaksanakan kegiatan studi lapang yang bertempat di Pabrik Gula Madukismo, desa , Bantul, Yogyakarta untuk mengetahui lebih dalam dan melihat secara lngsung proses pembuatan gula Kristal serta pengolahan limbah pabriknya, serta untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Bersih.
                                                      
1.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana proses pembuatan gula di PG. Madukismo?
2 .Bagaimana cara mengelola limbah sisa proses pembuatan gula Kristal di PG. Madukismo?

1.3 Maksud danTujuan Laporan KKL
1. Untuk mengetahui proses pembuatan gula Kristal putih di PG. Madukismo.
2. Untuk mengetahui cara pengolahan limbah di PG. Madukismo.

1.4 Manfaat Laporan KKL
1. Untuk memberikan informasi mengenai pabrik gula Madukismo bahwasannya sebagai penghasil gula, alkohol, spirtus dan cara pembuatannya.
2. Untuk memberikan informasi tentang Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang ada di Bantul Yogyakarta.
1.5  Kerangka Pemikiran

Kunjungan
PG. Madukismo Yogyakarta
UPT BPPTK LIPI Gunungkidul Yogyakarta
Pembuatan Gula
Pembuatan Bioetanol
Pemanfaatan Limbah Tebu
Laboratorium Pakan
Laboratorium Pangan
Laboratorium Kimia dan Lingkungan
Pengetahuan tambahan tentang Indistri dan teknologi Industri yang berkaitan dengan Teknik Instrumentasi
 










1.6 Metode Penelitian dalam Pelaporan KKL
1.  Metode Observasi                    
Penyusun mengadakan kunjungan langsung ke pabrik gula Madukismo, Yogyakarta. Di sana penyusun mengadakan observasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses pembuatan gula.
2.  Metode Wawancara
Penyusun mengadakan wawancara dengan karyawan PG. Madukismo Baru secara langsung proses pembuatan gula.

1.7 Lokasi dan Waktu KKL
            Kegiatan KKL dilaksanakan didua tempat yakni, di PG. Madukismo Bantul Yogyakarta dan LIPI Bantul Yogyakarta. Pelaksanaan KKL di PG. Madukismo dilaksanakan pada hari rabu tanggal 16 april 2014, mulai jam 07.00-10.00 WIB. Sedangkan pelaksanaan KKL di LIPI dilaksanakan  pada tanggal 17 april 2014, mulai jam 10.00-13.00 WIB.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Produksi Gula
              Menggunakan penglihatan untuk mempelajari ayat Allah untuk meningkatkan tadzkirah
Dalam berwisata tentu saja akan dapat meilhat berbagai pemandangan, baik peninggalan sejarah masa silam, maupun kejadian masa kini. Apa yang dapat dilihat tersebut hendaknya dapat mendorong untuk meningkatkan iman dan amal shalih.

وَمَا يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَلَا الْمُسِيءُ قَلِيلًا مَا تَتَذَكَّرُونَ

Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula sama) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh dengan orang-orang yang durhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran. Qs.40:58

Pada umumnya, pabrik gula tebu di Indonesia merupakan warisan belanda pada zaman kolonial. Perjalanan proses pengolahannyapun hampir seragam kecuali pada pabrik yang menerapkan proses karbonatasi. Berikut ini adalah sekilas proses pengolahan gula tebu dengan prmurnian cara sulfitasi. Secara garis besar, pabrik gula bertujuan untuk mengambil sukrosa dari tebu semaksimal mungkin dengan menekan kehilangan gula seoptimal mungkin.
Dalam pabrik gula dikenal section-section yang disebut stasiun, mulai dari emplasement, stasiun gilingan sampai pengarungan. Emplasement (Halaman Pabrik) Halaman pabrik berfungsi untuk menimbun tebu yang datang dari kebun. Biasanya di sekitarya terdapat pohon-pohon besar yang berfungsi untuk menahan panasnya matahari. Suhu halaman pabrik yang panas akan menyebabkan temperatur tebu naik dan akan barakibat mempercepat proses tebu menjadi layu (wayu). Layunya tebu akan dibarengi dengan inversi sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Hal ini disebabkan karena nira dalam tebu bersifat asam dan proses inversi lebih cepat apabila temperatur tinggi.
Idealnya, halaman pabrik dilengkapi dengan timbangan tebu, baik berupa jembatan timbang atau crane yang dilengkapi dengan timbangan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bobot tebu yang masuk ke pabrik dan selanjutnya digunakan untuk pengawasan proses. Halaman pabrik juga harus mempunyai alat untuk bongkar muatan baik dari truk atau dari lori. Yang terpenting adalah, persediaan tebu di halaman pabrik harus dapat memenuhi kapasitas giling.
Stasiun gilingan dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Persiapan

Tebu yang dibongkar dari truk atau lori diletakkan diatas meja tebu. Meja tebu dilengkapi dengan alat yang berfungsi untuk mendorong tebu ke krepyak tebu (carrier). Setelah diatas carrier, tebu dibawa melewati cutter untuk dipotong menjadi bagian yang lebih kecil. Selanjutnya tebu terpotong dihancurkan dengan menggunakan shredder atau unigrator. Setelah itu masuk ke gilingan. Proses persiapan mempunyai tujuan untuk mempersiapkan tebu yang akan digiling sehingga proses pemerahan bisa maksimal. Efektifitas dari alat-alat persiapan ditunjukkan dengan angka preparation index yang besarannya berbeda-beda tiap pabrik. Pada umumnya angka preparation index lebih kurang sebesar 90
b. Gilingan

Gilingan berfungsi untuk mengambil nira dalam tebu. Optimalnya gilingan dengan cepat dapat diketahui dengan melihat pol ampas. Semakin kecil pol ampas, akan semakin baik. Dalam stasiun gilingan diberikan air panas (added water) yang biasa disebut imbibisi (dari bahasa belanda imbibitie). Fungsinya untuk membilas ampas gilingan antara agar fungsi pemerahan gula bisa maksimal. Umumnya pabrik gula menerapkan sistem imbibisi majemuk yaitu menggunakan air panas dan nira gilingan berikutnya. Dari stasiun gilingan dihasilkan nira mentah yaitu nira yang keluar dari gilingan 1 dan 2.
b.1 Stasiun Pemurnian
Fungsi dari stasiun pemurnian adalah untuk menyingkirkan kotoran-kotoran bukan gula yang terdapat dalam nira mentah. Proses yang dilakukan baik berupa proses fisik ataupun kimia. Proses dalam stasiun pemurnian dilakukan sedemikian rupa sehingga kerusakan sukrosa dapat
ditekan seoptimal mungkin. Yang pertama dilakukan dalam stasiun pemurnian adalah menyaringan dengan menggunakan saringan parabolis (DSM). Setelah itu nira mentah dipanasi sampai suhu 75 C. Nira mentah yang telah dipanasi ditambahkan Ca(OH)2 sampai pH tertentu. Setelah itu pada nira ditambahkan SO2 sampai pH netral. Nira dipanaskan kembali sampai suhu 105 C, ditambahkan flokulan dan diendapkan di clarifier. Setelah mengendap, nira jernih disaring lagi dan menghasilkan nira encer, setelah itu, dipanaskan sampai suhu 115 C dan selanjutnya diproses ke tehap evaporasi. Nira kotor yang ada di clarifier selanjutnya disaring menggunakan vacuum filter. Proses filtrasi ini menghasilkan filtrat dan blotong. Filtrat akan dikembalikan lagi ke awal proses pemurnian dan blotong diangkut truk menuju tempat penimbunan. Fungsi dari stasiun penguapan adalah meningkatkan konsentrasi larutan gula dalam nira. Nira encer dari stasuin pemurnian diuapkan dengan menggunakan evaporator multi effect. Nira dipanaskan dengan menggunakan uap panas yang berasal dari uap bekas penggerak turbin gilingan. Nira encer yang mempunyai brix 15 diuapkan airnya sampai mencapai brix 60. setelah itu akan dihasilkan material yang dinamakan nira pekat. Selanjutnya nira pekat ditambah SO2 sehingga dicapai pH tertentu.
b.2 Stasiun Kristalisasi
Sistem kristalisasi di pabrik gula tebu menggunakan sistem kristalisasi bertingkat, baik berupa A-D, A-C-D, A-B-D, atau A-B-C-D, dengan ketentuan A dan B adalah produk (berlaku untuk abrik gula tebu di jawa). Nira pekat hasil dari stasiun penguapan diuapkan lagi airnya sehingga akan terbentuk kristal dengan sendirinya. Metode lain kristalisasi adalah dengan menggunakan bibit gula berupa fondan yang selanjutnya kristal bibit itu dibesarkan.
Proses kristalisasi harus dilakukan sedemikian rupa sehingga kristal yang terbentuk mempunyai ukuran yang seragam. Seragamnya ukuran kristal gula akan dicapai apabila konsentrasi larutan dalam bejana kristalisasi dijaga pada konsentrasi tertentu. Setelah ukuran kristal yang
diinginkan tercapai, maka kristal yang masih bercampur dengan larutan (masakan /massecuit) diturunkan ke bejana penampung.
b.3 Stasiun Pemutaran
Untuk memisahkan kristal dan larutan setelah proses kristalisasi dilakukan langkah pemutaran. Dengan gaya centrifugal, kristal akan tertahan di saringan (basket) dan larutan akan melewati saringan tersebut. Langkah proses pemutaran yang baik akan menghasilkan gula yang putih dan mempunyai kadar air yang kecil.
Di stasiun putaran terdapat 2 jenis alat yaitu batch dan continue. Putaran continue disebut low grade centrifugal dan putaran batch biasa disebut hi grade centrifugal (putaran untuk produk). Selanjutnya gula produk hasil pemutaran di angkut dengan talang goyang (grasshopper) menuju pengering.
b.4 Stasiun Pengeringan dan Pendinginan
Pengeringan berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam gula sehingga meningkatkan ketahanan dalam penyimpanan. Cara pengeringan dilakukan dengan cara pemanasan menggunakan udara kering dan dikontakkan dengan gula. Alat yang digunakan bermacam macam ada yang berupa talang getar atau rotary dryer.
Gula yang dikeringkan dalam keadaan panas, untuk itu perlu didinginkan agar tidak terjadi proses kimiawi yaitu browning pada saat penyimpanan. Pendinginan dilakukan dengan menghembuskan udara dingin baik dari udara sekitar ataupun udara dingin dari alat pendingin udara.
b.5 Stasiun Pengarungan
Gula yang sudah dingin selanjutnya ditampung di sugar bin. Setelah itu dilakukan pengarungan atau pengemasan dengan berat 50 Kg. Untuk suplai langsung ke konsumen, pabrik biasanya juga membuat kemasan 1 Kg.
b.6 Gudang Gula
Gudang gula berfungsi untuk menimbun gula yang telah dikemas. selanjutnya gula siap untuk didistribusikan ke penyalur atau konsumen.
2.2 Tinjauan limbah cair industri gula
Untuk mengontrol dan mengawasi kualitas lingkungan, khususnya air sungai di Indonesia, pemerintah melalui KEPMENKLH No. 4 Thn 2002 telah mengeluarkan keputusan bahwa kualitas air yang boleh dibuang ke badan air sungai harus memenuhi standar tertentu. Adapun parameter yang harus diukur kadarnya untuk limbah cair pabrik tekstil adalah:
-Zat organik terlarut (yang menyebabkan turunnya harga DO)
-Padatan tersuspensi (TSS/TS)
-Zat organik trace (contoh fenol)
-Logam berat, ( contoh Cr) dan sianida
-Warna dan turbiditas
-Floating material (oil dan grease)
Polutan yang ada pada limbah cair pabrik tekstil biasanya berupa koloid dan zat terlarut. Namun akibat berbagai proses pada produksi tekstil, hampir kebanyakan polutan berada dalam bentuk koloid. Cara yang umum digunakan untuk mengatasi partikel limbah dalam bentuk koloid adalah proses destabilasi koloid, sehingga partikel -partikel tersebut dapat dipisahkan dari badan air. Pada dasarnya jenis koloid dapat dikategorikan sebagai koloid hidrofob dan koloid hidrofil. Koloid hidrofob berperan dalam penampakan warna pada permukaan air, hal ini disebabkan oleh bagian R -NH2 atau R-OH dari partikel koloid tersebut.
Bagian-bagian yang elektronegatif mengakibatkan terjadinya ikatan hydrogen dengan molekul air. Permukaan yang elektronegatif tersebut saling menolak dan menghalangi terjadinya pembentukan agregat. Sedangkan koloid hidrofil berasal dari adanya partikel -partikel mineral yang terhidrolisis, sehingga pada permukaan koloid terkonsentrasi muatan negatif yang saling menolak dan mencegah terjadinya agregat. Pada dasarnya koloid tidak pernah 100% hidrofob dan tidak pula 100% hidrofil.
Salah satu cara destabilisasi koloid adalah pentralan muatan listrik melalui penambahan suatu koagulan sehingga terjadi penggabungan partikel -partikel koloid menjadi agregat-agregat yang lebih besar. Koagulasi merupakan proses agregasi yang terjadi akibat adanya gaya elektrostatik antara partikel -partikel
koloid yang memiliki muatan yang berlawanan. Adapun tujuan dari proses koagulasi adalah untuk memisahkan partikel-partikel koloidal yang melayang- layang dalam air sehingga membentuk agregat yang dapat mengendap. Beberapa koagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah cair adalah tawas, garam besi dan kapur yang amat efektif untuk mengendapkan partikel koloidal yang berasal dari logam berat; Besi(III) klorida yang dapat terhidrolisis menjadi Fe(OH)3 dapat mengikat 92% koloidal arsen, seng, nikel, mangan dan raksa Proses detabilasisasi partikel koloid dilanjutkan dengan pembentukan agregat dengan cara mengumpulkan polimer yang telah destabil dengan suatu polimer. Polimer merupakan molekul besar yang dibentuk oleh monomer-monomer. Sebenarnya istilah flokulasi digunakan untuk menjelaskan aksi material polimerik yang membentuk jembatan-jembatan antar partikel individual koloid. Ada empat jenis mekanisme flokulasi yang diakibatkan oleh polimer (Moudgil dan Somasundaran, 1985), (i) polymer bridging, (ii) netralisasi, (iii) pembentukan polimer kompleks, (iv) flokulasi dengan polimer bebas.
Proses flokulasi dengan mekanisme bridging biasanya terjadi dengan cara menambahkan polimer bermassa molekul tinggi ke dalam suatu dispersi partikel koloid. Permukaan polimer tersebut akan mengadsorpsi lebih dari satu partikel koloid, sehingga terjadi kelompok koloid yang terhubungkan. Mekanisme ini merupakan mekanisme yang dominan. Mekanisme netralisasi muatan terjadi apabila jumlah polimer yang diperlukan untuk terjadinya flokulasi sesuai dengan jumlah polimer yang dibutuhkan untuk memberikan mobilitas elektroforetik koloid menjadi nol. Hal ini dapat terjadi jika spesi polimer memiliki muatan yang berlawanan dengan muatan permukaan koloid sehingga muatannya menjadi netral.
Pembentukan polimer kompleks terjadi jika polimer yang ditambahkan berinteraksi dengan komponen-komponen yang ada dalam system sekaligus dengan bahan kimia lain yang ditambahkan ke dalam system. Mekanisme ini paling mungkin terjadi pada dual system polimer atau pada system yang telah ditambahkan garam kalsium, besi, atau alumunium. Sedangkan mekanisme flokulasi dengan polimer bebas dapat terjadi melalui efek defletion flocculation. Pada dasarnya mekanisme ini merupakan efek dengan prinsip tekanan osmotik.
Untuk terjadinya mekanisme ini diperlukan konsentrasi polimer yang cukup tinggi. Pada dasarnya sangat sulit mengkategorikan proses flokulasi hanya sesuai untuk mekanisme tertentu saja. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa proses flokulasi merupakan fungsi dari konsentrasi polimer, massa dan muatan molekul, muatan dan konsentrasi partikel, kondisi s aat proses pencampuran, serta waktu yang diperlukan agar polimer berelaksasi terhadap permukaan koloid.
2.2.1. Sumber dan karakteristik limbah Cair serta pengaruhnya terhadap lingkungan
Pada pemrosesan gula dari tebu menghasilkan limbah atau hasil samping, antara lain ampas, blotong dan tetes. Ampas berasal dari tebu yang digiling dan digunakan sebagai bahan bakar ketel uap. Blotong atau filter cake adalah endapan dari nira kotor yang di tapis di rotary vacuum filter, sedangkan tetes merupakan sisa sirup terakhir dari masakan yang telah dipisahkan gulanya melalui kristalisasi berulangkali sehingga tak mungkin lagi menghasilkan kristal.
a. Limbah Bagasse
Satu diantara energi alternatif yang relatif murah ditinjau aspek produksinya dan relatif ramah lingkungan adalah pengembangan bioetanol dari limbah-limbah pertanian (biomassa) yang mengandung banyak lignocellulose seperti bagas (limbah padat industri gula). Indonesia memiliki potensi limbah biomassa yang sangat melimpah seperti bagas. Industri gula khususnya di luar jawa menghasilkan bagas yang cukup melimpah.
Kompos adalah hasil dekomposisi biologi dari bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba (bakteria, actinomycetes dan fungi) dalam kondisi lingkungan aerobik atau anaerobic. Hasil pengomposan campuran blotong, ampas (bagasse) dan abu ketel diinkubasi dengan bioaktivator mikroba selulolitik selama 1 dan 2 minggu, kemudian diaplikasikan ke lahan tebu. Pemberian kompos 10 ton/ha mampu meningkatkan bobot tebu sebanyak 16,8 ton/ha. Bioaktivator adalah inokulum campuran berbagai jenis mikroorganisme (mikroba lignolitik, selulolitik, proteolitik, lipolitik, amilolitik, dan mikroba fiksasi nitrogen non simbiotik) untuk mempercepat laju pengomposan bahan organik .

b. Limbah Blotong
Salah satu limbah yang dihasilkan PG dalam proses pembuatan gula adalah blotong, limbah ini keluar dari proses dalam bentuk padat mengandung air dan masih ber temperatur cukup tinggi < panas >, berbentuk seperti tanah, sebenarnya adalah serat tebu yang bercampur kotoran yang dipisahkan dari nira. Komposisi blotong terdiri dari sabut, wax dan fat kasar, protein kasar,gula, total abu,SiO2, CaO, P2O5 dan MgO. Komposisi ini berbeda prosentasenya dari satu PG dengan PG lainnya, bergantung pada pola prodkasi dan asal tebu.
Selama ini pemanfaatan blotong umumnya adalah sebagai pupuk organik, dibeberapa PG daur ulang blotong menjadi pupuk yang kemudian digunakan  untuk produksi tebu di wilayah-wilayah tanam para petani tebu. Proses penggunaan pupuk organik ini tidak rumit, setelah dijemur selama beberapa minggu / bulan untuk diaerasi di tempat terbuka, dimaksudkan untuk mengurangi temperatur dan kandungan Nitrogen yang berlebihan. Dengan tetap menggunakan pupuk anorganik sebagai starter, maka penggunaan pupuk organik blotong ini masih bisa diterima oleh masyarakat.


c. Limbah Tetes
Tetes atau molasses merupakan produk sisa (by product) pada proses pembuatan gula. Tetes diperoleh dari hasil pemisahan sirop low grade dimana gula dalam sirop tersebut tidak dapat dikristalkan lagi. Pada pemrosesan gula tetes yang dihasilkan sekitar 5 – 6 % tebu, sehingga untuk pabrik dengan kapasitas 6000 ton tebu per hari menghasilkan tetes sekitar 300 ton sampai 360 ton tetes per hari. Walaupun masih mengandung gula, tetes sangat tidak layak untuk dikonsumsi karena mengandung kotoran-kotoran bukan gula yang membahayakan kesehatan. Penggunaan tetes sebagian besar untuk industri fermentasi seperti alcohol, pabrik MSG, pabrik pakan ternak dll.

2.2.2. Baku mutu limbah cair industri gula
Dalam Keputusan menteri NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI pasal 1 menyebutkan:
1. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri;
2. baku Mutu Limbah Cair Industri adalah batas maksimum limbah cair yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan;
3. Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan;
4. Mutu Limbah Cair adalah keadaan limbah cair yang dinyatakan dengan debit, kadar dan beban pencemaran;
5. Debit Maksimum adalah debit tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan;
6. Kadar Maksimum adalah kadar tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan;
7. Beban Pencemaran Maksimum adalah beban tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan;
8. Menteri adalah Menteri yang ditugaskan mengelola lingkungan hidup;
9. Bapedal adalah Badan Pengendalian Dampak Lingkungan;
10. Gubernur adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, Gubernur kepala Daerah Khusus Ibukota atau Gubernur Kepala Daerah Istimewa.












BAB III
OBYEK KKL
3.1 PG. Madukismo                                           
PG Madukismo adalah salah satu pabrik gula dan pabrik alkohol atau spirtus di Daerah Istimewa Yogyakarta yang mengemban tugas untuk mengsukseskan program pengadaan pangan Nasional, khususnya gula pasir. Sebagai Perusahaan padat karya banyak menampung tenaga kerja dari Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dibangun               : Tahun 1955
Atas Prakarsa        : Sri Sultan Hamengku Buwono IX
Diresmikan            : Tanggal 29 Mei 1958
                               Oleh Presiden RI Pertama Ir.Soekarno
Mulai Produksi       : Pabrik Gula               : Tahun 1958
                                Pabrik Spiritus           : Tahun 1959

PG Madukismo berlokasi diatas Bangunan Pabrik Gula Padokan (satu diantara 17 Pabrik Gula di DIY  yang di bangun pada pemerintahan Belanda tetapi dibumihanguskan pada masa pemerintahan Jepang) yang terletak di desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Krontaktor utama yang digunakan untuk proses pembuatan gula adalah Machine Fabriek Sangerhausen yang berasal dari Jerman Timur.

Saat ini perusahaan ini berstatus Perseroan Terbatas atau PT yang diberi nama Pabrik-pabrik Gula Madubaru PT. PG Madubaru PT ini memiliki dua pabrik yaitu Pabrik Gula Madukismo dan Pabrik Alkohol atau Spiritus Madukismo.

                        Perusahaan ini didirikan dengan mempunyai visi dan misi sebagai berikut :


Visi :
Mendirikan PT. Madubaru (PG/PS Madukismo) perusahaan Argo Industri yang unggul di Indonesia dengan menjadikan petani sebagai mitra sejati.

Misi :
-          Menghasilkan gula dan ethanol yang berkualitas untuk memenuhi permintaan masyarakat industri di Indonesia.
-          Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju yang ramah lingkungan, dikelola secara professional dan inovatif, memberikan pelayanan prima kepada pelanggan serta mengutamakan kemitraan dengan petani
-          Mengembangkan produk atau baru yang mendukung bisnis inti
-          Menempatkan karyawan dan stake hoders lainnya sebagai bagian terpenting dalam proses penciptaan keunggulan perusahaan dan pencapaiaan share holders values.
 
3.2 UPT BPPTK LIPI
Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-Yogyakarta, disingkat UPT BPPTK LIPI Yogyakarta, dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK). UPT BPPTK LIPI di Yogyakarta merupakan satuan kerja yang dibentuk dengan peleburan ex UPT Bahan Baku dan Olahan Kimia (BBOK) LIPI yang berada di 3 (tiga) lokasi: Lampung, Bandung dan Yogyakarta. Bagian dari UPT BBOK LIPI yang berkedudukan di Lampung merupakan satuan kerja terbesar di antara ketiga satuan kerja di atas. Kegiatan utama dari satuan tersebut adalah pertanian. Kegiatan utama satuan kerja yang berada di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, diarahkan pada pengembangan teknologi pengolahan pangan. Sub-satuan kerja yang berada di Bandung merupakan pusat kegiatan administrasi dan beberapa percobaan laboratorium.
Pembentukan UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia pada dasarnya merupakan peleburan ketiga sub-satuan kerja dari 3 lokasi dengan penekanan kegiatan yang berbeda dapat menimbulkan dampak. Dampak tersebut perlu segera diantisipasi agar satuan kerja yang baru dapat menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya secara optimal. Tugas pokok UPT BPPTK mengacu pada LIPI yang memiliki tiga tanggung jawab, yaitu:
1. kepada dunia ilmu pengetahuan
2. kepada masyarakat
3. kepada pemegang kepentingan (stakeholders)
Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi faktor penting dengan penekanan pada pengembangan riset terapan untuk kepentingan masyarakat luas demi meningkatkan kemampuan berkompetisi di era globalisasi dan pasar bebas. Pemantapan organisasi UPT BPPTK LIPI untuk mengemban tanggung jawab tersebut adalah sangat penting dilakukan oleh karena itu disadari perlu adanya sinergisme antar program, antar proyek dan antar kegiatan. Namun demikian program/kegiatan tersebut harus mempunyai fokus yang jelas dan tegas.
UPT BPPTK sebagai salah satu unit eselon III di dalam organisasi LIPI menyusun Rencana Implementatif yang memuat visi, misi, sasaran, strategi, kebijakan dan arahan program selama 5 tahun ke depan, yaitu tahun 2010 – 2014 untuk mengikuti, merespon dan mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang muncul baik di dalam maupun di luar negeri yang memerlukan pendekatan holistik dan berjangka panjang.
Lokasi UPT BPPTK LIPI Yogyakarta ada dua yaitu Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul yang berjarak sekitar 31,5 km dari Yogyakarta dan Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul





BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Gambar Alat-alat
        Gambar
           Nama Alat
           Fungsi



Alat Pengilingan Tebu

Untuk  mengiling dan memeras tebu agar terpisah dari ampasnya








Tangki serfobalance
Sebagai timbangan yang
mengunakan sistem kontrol otomatis dengan kapasitas 4,3 ton dalam sekali timbang,





Alat Pemanas (Raw Juice Heating)
(Raw
Juice Heating) membantu  untuk membunuh mikroba yang ada dalam nira untuk mempercepat reaksi proses sulfitasi dan defikasi serta mencegah
terjadinya hidrolisis sukrosa. Pengunaan panas yang diberikan tidak boleh terlalu
Turbin
- Kecepatan putaran : 5800 rpm
- Tekanan masuk : 18 kg/cm2
- Daya : 3600 KW
Universitas Sumatera Utara
- Jumlah : 2 unit
Tangki Defikator
Sebagai tempat proses pencampuran
susu kapur, agar pencampuran susu kapur dengan nira menjadi merata, nira yang telah
ditampung direaktor dan sudah dicampur dengan susu kapur diaduk dengan alat
pengaduk yang telah diatur kecepatannya. Tujuan dari pengadukan ini supaya susu
kapur akan menyebar.
Bejana pengendapan (door clarifier)
bejana pengendapan (door clarifier) prinsip kerja dari pengendapan adalah
memisahkan nira dengan kotoran yang terkandung didalam nira dengan tidak
merusak nira itu sendiri.

Rotary Vacum Filtrasion
Sebagai alat pembantu dalam proses penyaringan.
Alat pemasakan
Sebagai alat pemasakan yang bertujuan untuk mengkristalkan gula atau mengubah bentuk sukrosa dari zat terlarut dalam nira menjadi padat berbentuk kristal gula
Evaporator

- Type : Calandria/ KHI Japan
- Volume : 1500 m2
- Jumlah : 5 unit
- Diameter pipa : 36 mm
- Tebal pipa : 1,5 mm
- Jumlah pipa : 5790 batang
- Fungsi : Tanki pengupan nira

Tangki sulfitase
Peti Sulfitasi Nira Mentah
- Kapasitas : 18 m3/jam
- Diameter tangki : 2700 mm
- Tinggi tangki : 6000 mm
- Type : Cylindrial
- Produksi : KHI, Japan
- Fungsi : Tangki pencampuran nira mentah dengan
belerang

Condensat
Condensat Receiver
- Merk/Type : Little King/ TF-70-NNR// Ebara Japan
- Kapasitas : 2 m2/jam

- Temperatur : 1000C
- Fungsi : Tempat penampung air kondensat





4.2 PG. Madukismo
       Alam merupakan tempat yang Allah ciptakan sebagai tempat untuk menambah ilmu. Memperhatikan alam semesta, diharapkan semakin sadar bahwa dirinya diciptakan Allah yang mendapat rizqi. Allah juga yang menghidupkan dan mematikan makhluq-Nya.
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ ثُمَّ انْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ () قُلْ لِمَنْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلْ لِلَّهِ كَتَبَ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ ()
Katakanlah: "Bepergianlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu". Katakanlah: "Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah". Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh-sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman. Qs.6:11-12
Perintah bepergian pada ayat 11 dirangkainkan dengan perintah meneliti akibat yang dipikul oleh para pendusta. Kemudian pada ayt 12 diperintahkan agar setiap umat lebih mayakini yang ada dilangit dan di bumi adalah milik Allah. Allah SWT juga telah mewajibkan pada diri-Nya untuk mencurahkan kasih saying, serta mengumpulkan manusia di hari kiamat. Dengan demikian bepergian di muka bumi berfungsi sebagai usaha mempertebal iman.
                                                                             
  PG Madukismo adalah pabrik gula terbesar yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

       Kami sampai di PG Madukismo sekitar pukul 08.00 WIB langsung memasuki aula pertemuan. Di aula pertemuan kami disambut oleh pemandu kunjungan industri yang termasuk salah satu pegawai PG Madukismo. Dengan jelas dan lengkap mereka menerangkan kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan di PG Madukismo. Dalam kegiatan ini kami diberi kesempatan untuk bertanya, salah satu teman kami menanyakan tentang kualitas gula menurut warna yang biasa ada di pasaran. Warna yang dihasilkan oleh gula yang ada di pasaran tersebut bisa disebabkan oleh filtrasi atau proses penyaringan yang lebih banyak atau lebih sedikit misalnya gula tersebut berwarna cokelat hal itu karena poses filtrasi yang sedikit dan sebaliknya, ujar pemandu PG Madukismo.
       Selanjutnya, kami diajak melihat proses pembuatan gula Madukismo secara langsung ke pabriknya. Yang asyiknya perjalanan dari aula pertemuan ke pabrik gula Madukismo kami diantar oleh kereta wisata yang memang biasanya digunakan untuk mengantar para pengunjung yang ingin mengetahui cara membuat gula secara langung.
       Kami pikir pabrik gula Madukismo tersebut rapi, bersih, dan steril (melihat dari aula pertemuan tadi dan penjelasan lewat media visual) namun ketika kami mengunjunginya ternyata berbanding terbalik dari yang kami fikirkan. Pabrik gula Madukismo terlihat kotor mulai dari jalan yang berserakan batang-batang tebu yang berjatuhan, mesin-mesin yang terlihat sangat kotor dan tidak steril, bau yang tercium ketika memasuki pabrik yang sangat menyengat.
       Tidak hanya diajak ke pabrik proses pembuatan gula, kamipun diajak ke tempat packing gula dan gudang penyimpanan gula. Gula-gula yang sudah diolah di packing ditempat ini dengan mesin-mesin modern kemudian disimpan di gudang. Penyimpanan gula tidak menyentuh tanah yang artinya penyimpanan gula disimpan dengan dialaskan kayu-kayu yang di jajar-jajarkan.
Berikut adalah struktur organisasi yang ada:

4.3 LIPI Gunung Kidul
       Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Jakarta, disingkat UUPT BPPTK LIPI Yogyakarta, dibentuk berdasarkan surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai Pengembangan Proses dan Teknologi  Kimia.
       Lokasi UPT BPPTK LIPI Yogyakarta ada dua yaitu Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul yang berjarak 31,5 km dari Yogyakarta dan Desa Tirtonimolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Banyak riset yang dilakukan oleh LIPI Gunung Kidul diantaranya adalah, membuat kalengan gudeg, membuat Biogas, membuat pakan ternak, membuat the, dan masih banyak lagi.
Kita semua pasti tak asing dengan Gudeg sebuah makanan tradisional khas Yogyakarta. Makanan yang terbuat dari nangka muda ini kebanyakan tersaji di warung, rumah makan, maupun tempat lainnya. Sayang, kenikmatan Gudeg tidak bisa disajikan dalam waktu lama. Gudeg hanya bisa bertahan tidak lebih dari tiga hari saja.
Kebutuhan produk hasil ternak erat kaitannya dengan tuntutan adanya kualitas produk hasil ternak yang aman dan sehat bagi konsumen. Tingginya kadar kolesterol dan beberapa asam lemak jenuh dapat menjadi ancaman bagi kesehatan manusia sehingga perlu upaya untuk meningkatkan kualitas hasil ternak dengan pendekatan nutrisi (nutritional approach). Untuk menunjang capaian produk pangan asal ternak yang sehat dan aman, perlu perhatian terhadap kuantitas dan kualitas bahan dan produk pakan.
Ketersediaan pakan baik secara kuantitas dan kualitas merupakan faktor utama penentu keberhasilan usaha peternakan unggas maupun ruminansia. Kendala utama dalam penyediaan pakan ternak adalah sulitnya bahan baku pakan, kadar zat makanan (nutrient) yang terkandung dalam bahan baku pakan rendah kualitasnya sehingga belum memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi keterbatasan rendahnya kualitas bahan pakan adalah dengan pengembangan teknologi pengolahan pakan, peningkatan asupan nutrient melalui pemberian suplemen pakan (feed supplement) dan peningkatan utilitas pakan dengan pemberian aditif pakan (feed additive). Pemberian suplemen dan aditif pakan ditujukan tidak hanya untuk mengejar aspek produktivitas ternak, namun sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan keamanan produk ternak terhadap konsumen.
Tantangan terbesar dalam pengembangan teknologi pengolahan pakan adalah mencakup tiga aspek yaitu peningkatan kualitas pakan, daya simpan dan nilai ekonomisnya. Mengingat sebagian besar bahan baku pakan khususnya pakan ternak ruminansia bersumber dari limbah tanaman pangan dan agroindustri, teknologi yang akan dikembangkan harus mampu mengatasi keterbatasan bahan pakan, seperti kadar serat tinggi, rendahnya protein kasar dan keberadaan senyawa toksik (racun) pada beberapa hijauan. Pengembangan teknologi bahan pakan berserat tinggi ini dilakukan dengan dua pendekatan yakni pengolahan secara mekanik dan pengolahan dengan fermentasi baik an aerob maupun semi aerob untuk mendukung kemudahan aplikasi teknologi di tingkat peternakan rakyat dan industri.
Pendekatan suplementasi pakan juga ditujukan untuk mengatasi kekurangan beberapa unsur zat makanan makro maupun mikro sehingga dicapai suatu keseimbangan (balanced nutrient), sedangkan pemberian aditif pakan berperan dalam aktivasi dan optimasi proses absorpsi zat makanan dalam sistem pencernaan ternak. Melalui pendekatan pengolahan pakan, pemberian suplemen dan aditif tersebut diharapkan optimasi produktivitas ternak dapat meningkatkan efesiensi sekaligus kualitas produk ternak.
Kegiatan penelitian bidang pakan dan nutrisi ternak dikategorikan dalam 2 kegiatan penelitian yaitu pengembangan bioaditive untuk meningkatkan pertumbuhan (growth promotor) dan mendukung sistem kekebalan (immunostimulator) dan modifikasi pakan (modified feed) untuk peningkatan nilai tambah produk ternak yang aman dan sehat. Pembuatan bioaditive dilakukan dengan memanfaatkan peranan bakteri asam laktat dengan kombinasi bahan organik yang mengandung bioaktif yang memiliki aktivitas antimikrobia dan menstimulasi sistem kekebalan tubuh ternak. Produk yang dihasilkan dari aplikasi produk bioaditive yang aman dan kaya akan nutrient esensial diharapkan akan memberikan kontribusi dalam penyediaan bahan pangan hewani sebegai sumber protein utama, aman dan menyehatkan.
Integrasi peternakan dengan bidang pertanian lainnya juga diarahkan pada suatu sistem budidaya peternakan yang ramah lingkungan (zero waste system). Kegiatan ini mencakup pengelolaan limbah pertanian sebagai sumber energi alternatif dan biofertilizer yang nantinya diarahkan tidak hanya sekedar pupuk tunggal namun juga pupuk yang memiliki spesifikasi terhadap tanaman dan bahan penangkal hama dan penyakit tertentu. Fortifikasi pupuk dengan bahan-bahan alam akan diintegrasikan dengan kegiatan program penelitian bahan alam dalam program diseminasi dan implementasi IPTEK.




Pembuatan Biogas dengan Memanfaatkan Kotoran Sapi










BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
              Kesimpulan dari laporan ini adalah:
  1. P.G. Madukismo didirikan pada tahun 1955 atas persetujuan dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Sementara itu BPPTK LIPI Gunung Kidul, Yogyakarta dibentuk dengang keputusan dari LIPI nomor 1022/M/2002,12 Juni 2002.
  2. PG Madukismo memproduksi Gula Unggul dan bahan sampinganny dimanfaatkan untuk produksi Pabrik Spirtus/Alkohol
  3. BPPTK LIPI mengembangkan variasi temuan produk unggul khususnya dalam bidang Peternakan, Pangan dengan memberikan inovasi atas produknya tersebut.
5.2 Saran
            Saran dari laporan ini adalah :
            Kegiatan KKL ini saya rasa cukup bermanfaat, selain kita bisa menambah berbagai ilmu dengan terjun langsung di lapangan kita juga bisa sejenak melepas kejenuhan atas rutinitas akademika sehari-hari. Saya rasa kegiatan KKL ini bisa dilakukan lagi pada lain waktu.







LAMPIRAN
FOTO KELOMPOK